Mengetahui bagaimana makanan/minuman yang kita konsumsi itu penting. Ketika sudah tahu, atau kurang lebih tahu lah, kemudian keputusan untuk mengkonsumsi atau tidak ada pada kita, but at least kita sudah mencari tahu dan mempertimbangkannya.
Lalu pertanyaan berikutnya yang muncul adalah: “bagaimana kita bisa tahu mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak??”. Di sini “PR”/tugas dari kita masing-masing untuk memahami tubuh kita. Itu adalah sebuah proses, not easy, but important to be understood, .. Itu yang kita suka tidak punya kendali; kita mengikuti emosi sesaat saja yaitu makan untuk merespon emosi yang dangkal. Lalu makan makanan yang tidak sehat makin menambah lapisan yang menyulitkan kita untuk merasakan apa yang sebenarnya tubuh kita inginkan/perlukan.
Saya sendiri masih suka makan tidak/kurang sehat, tetapi mencoba untuk menyadarinya dan kemudian “minta ampun” dan kembali ke yang benar (hehehe), karena saya merasakan bahwa yang saya makan itu tidak terasa enak untuk tubuh saya. It’s no big deal, itu bagian dari balancing atau mengimbangi. We need to balance out things in life, we need to socialize, to adjust ourself to others, tapi yang penting kita tetap sadari semua itu.
Bumbu itu menyenangkan dalam memasak, tetapi kita terkadang jadi lupa dengan rasa asli bahan makanan, apalagi dengan bumbu kimia yang bahkan kita bingung terbuatnya dari apa. Belajar tentang rasa itu penting dan sangat menarik. Seperti yang saya katakan di dalam artikel ini, ketika memasak saya seperti melakukan problem solving di kepala : A + B + C = pasti enak deh. F +H + Z = noooo!
Saya bukan ahli gizi/kesehatan. Saya hanya belajar dari pengalaman dan memang ada beberapa hal teoritis yang perlu diketahui ketika memasak dan itu saya masih terus belajar. Kalau teori begitu memang belajarnya dari orang lain, buku dan sebagainya. Hal-hal teoritis atau “hukum memasak” seperti penggunaan minyak saat memasak; tidak semua minyak cocok dan sehat ketika kena panas. Bagaimana kita memasak sayur agar kandungan di dalamnya tidak hilang. Semua itu memang perlu dipelajari untuk melengkapi konsep sehat kita. Dan perlu diingat bahwa masing-masing dari kita berbeda dan berada di tahap yang berbeda juga. Jangan pernah boleh minder, but keep on doing what’s good for you at the moment, feel what you need.
Good night
XOXO – Sarah
Check out the article here :
Artikel Sarah Diorita Tribun Jogja
Sarah Berbagi Pengetahuan Makanan Sehat

Laporan Reporter Tribun Jogja, Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Dalam hidup, Sarah Diorita memiliki komitmen untuk berbagi mengenai pengetahuan yang ia miliki.
Termasuk soal makanan sehat yang kini menjadi ketertarikannya.
Visi untuk berbagi makanan sehat ini terwujud dalam bisnis kulinernya, Lokaloka Bistro yang tengah berjalan 2,5 tahun belakangan ini.
Melalui Lokaloka Bistro, Sarah ingin memperkenalkan menu-menu sehat yang bisa dimasak sendiri di rumah namun tetap enak disantap.
”Saya ingin berbagi ke orang bahwa makanan sehat itu juga bisa enak kok,” kata pehobi membaca dan mendengar musik ini.
Sarah melihat bisnis kulinernya ini akan menjadi bisnis jangka panjang dengan memiliki visi Lokaloka Bistro sebagai tempat pertemuan, laboratorium sekaligus tempat orang-orang berbagi koneksi maupun pengetahuan.
”Saya ingin tempo perjalanan Lokaloka Bistro ini sesuai tarikan nafas saya sendiri. Karena bisnis ini sangat personal bagi saya, sehingga perkembangannya pun disesuaikan dengan kemampuan saya,” tambahnya.
Kebiasaan memasak sendiri di rumah yang sudah diperkenalkan keluarganya sejak kecil, menjadi modal tersendiri bagi Sarah untuk hidup sehat maupun menjalani bisnis kulinernya.
Sang ibu yang ahli memasak dengan minim bumbu, mengajarkannya banyak hal, terutama ia jadi mengetahui rasa asli bahan makanan tersebut.
”Berkat kebiasaan itu, aku seolah punya kamus rasa, sehingga ketika mau masak masakan tertentu Cuma tinggal bayangkan saja hasilnya akan seperti apa,” lanjutnya.
Ke depan, Sarah berencana ingin berbagi pengalamannya lewat makanan melalui Blog.
Tidak hanya pengalaman selama ia di Yogyakarta, melainkan juga di Perancis.
Blog sendiri dipilih karena ia bisa berkreasi dengan bebas dan berbagi baik melalui tulisan maupun video. (tribunjogja.com)